JAKARTA | Pernyataan Kepala Kantor Komunikasi Kepresidenan (PCO) Hasan Nasbi tentang teror kepala babi yang dikirim ke Kantor Tempo memicu kontroversi. Saat menanggapi insiden tersebut, Hasan sempat berkomentar, “Dimasak aja,” yang kemudian memicu berbagai spekulasi—apakah ini bentuk pelecehan terhadap aksi teror atau justru strategi untuk melemahkan dampaknya?
Hasan akhirnya meluruskan maksud ucapannya. Ia menegaskan bahwa komentarnya bukanlah sikap meremehkan, melainkan mendukung respons santai jurnalis Tempo, Francisca Christy Rosana (Cica), yang menjadi target teror. Hasan menilai cara Cica menghadapi ancaman justru melemahkan efek psikologis yang diinginkan pelaku.
Berikut lima poin utama di balik pernyataan Hasan Nasbi:
1. “Dimasak Aja” Bukan Opini Pribadi, Tapi Kutipan Cica
Hasan menjelaskan bahwa pernyataannya mengutip unggahan Cica di media sosial X (dulu Twitter).
“Saya mengutip dari X-nya Francisca, wartawati yang dikirimi kepala babi itu. Saya jarang sepakat dengan Tempo, tapi saya setuju dengan cara dia merespons,” kata Hasan, Sabtu (22/3/2025).
2. Strategi ‘Melecehkan’ Teror agar Tak Efektif
Menurut Hasan, tujuan teror adalah menanamkan ketakutan. Namun, Cica justru menertawakannya, sehingga maksud peneror gagal.
“Justru itu cara melecehkan peneror yang bagus. Kalau dia takut, si peneror menang. Tapi kalau dia santai, penerornya yang kalah,” ujarnya.
3. Dibandingkan dengan Tragedi Bom Sarinah 2016
Hasan membandingkan reaksi publik terhadap teror kepala babi dengan peristiwa Bom Sarinah 2016, di mana warga Jakarta tetap tenang dan bahkan ada pedagang yang tetap berjualan di sekitar lokasi.
“Waktu bom Sarinah, Indonesia jadi sorotan dunia karena orang-orang tetap beraktivitas dan muncul hashtag ‘kami tidak takut.’ Itu contoh bagaimana teror bisa kehilangan efeknya,” kata Hasan.
4. Tegaskan Tidak Ada Upaya Membungkam Pers
Hasan juga membantah anggapan bahwa pemerintah berusaha membungkam media kritis.
“Nggak ada yang disensor, nggak ada yang dihalangi. Pers tetap bebas meliput dan menyuarakan opini, sekeras apapun kontennya,” jelasnya.
5. Teror Gagal Jika Tak Menimbulkan Ketakutan
Hasan menegaskan bahwa pernyataannya bukan bermaksud mengecilkan ancaman terhadap Tempo, melainkan menegaskan bahwa teror hanya berhasil jika menimbulkan ketakutan.
“Kalau kepala babinya dimasak, berarti terornya nggak berhasil. Itu cara terbaik menghadapi teror,” pungkasnya.
Pernyataan Hasan memicu perdebatan luas di publik. Apakah respons santai seperti ini benar-benar bisa melumpuhkan teror, atau justru mengundang kontroversi lebih lanjut?