PALEMBANG, TRIKPOS.com – Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan melalui Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) tak hanya berbicara soal komitmen mereka bergerak cepat. Dalam langkah progresif menuju layanan publik yang benar-benar berpihak pada anak, Dinas PPPA Sumsel menggelar Sosialisasi Pelayanan Ramah Anak di Puskesmas Tahun 2025, Jumat (31/10/2025) di Palembang. Misinya jelas: memastikan setiap puskesmas di Sumsel menjadi tempat yang aman, nyaman, dan penuh kepedulian bagi anak-anak.
Kepala Dinas PPPA Sumsel, Fitriana, S.Sos., M.Si., menegaskan dalam sambutannya bahwa kesehatan dan perlindungan anak harus jadi prioritas utama. Bukan hanya soal mengobati penyakit, tetapi juga menghadirkan ruang pelayanan yang membangun rasa aman, percaya diri, dan kebahagiaan bagi anak-anak. “Puskesmas bukan sekadar tempat berobat. Melalui program puskesmas ramah anak ini, kita ingin menciptakan ruang yang memuliakan anak, mendengar suara mereka, dan menghargai setiap kebutuhan mereka,” tegasnya.
Kegiatan ini dihadiri jajaran instansi pemerintah pusat dan daerah, TP PKK, Dinas Kesehatan, hingga tenaga kesehatan dari kabupaten/kota. Para narasumber dari bidang kesehatan memberikan wawasan soal standar fasilitas ramah anak, pendampingan psikologis, hingga komunikasi humanis saat menangani pasien anak. “Tenaga kesehatan harus punya sensitivitas anak takut jarum suntik itu wajar. Yang tidak wajar adalah jika pelayanan tidak memberi rasa aman dan empati,” ujar salah satu narasumber dengan penuh penekanan.
Fitriana menegaskan bahwa program ini merupakan bagian penting menuju Kabupaten/Kota Layak Anak. Oleh karena itu, SDM puskesmas harus dibekali perspektif perlindungan anak, pemahaman soal konseling, hingga mekanisme penanganan kasus jika menemukan indikasi kekerasan pada pasien. “Anak bukan objek layanan. Mereka subjek dengan hak penuh untuk dihormati, dilindungi, dan didengarkan,” katanya lantang.
Lebih jauh, tidak hanya bangunan atau fasilitas seperti ruang bermain dan ruang menyusui yang ditekankan, namun juga kultur pelayanan. “Kita ingin layanan yang inklusif, ramah disabilitas, nondiskriminatif, dan penuh empati. Ruang yang bersih dan nyaman, tenaga kesehatan yang tersenyum, mendengar, dan menguatkan,” tambah Fitriana. Tak kalah penting, kerahasiaan pasien anak wajib dijaga mulai dari data medis hingga kondisi psikologis.
Kolaborasi lintas sektor menjadi kunci sukses program ini. Dinas PPPA, Dinas Kesehatan, UPTD PPA, hingga aparat penegak hukum harus solid dalam penanganan kasus anak terutama jika ditemukan indikasi kekerasan saat anak datang berobat. “Jika ada tanda kekerasan, anak harus dilindungi segera. Tidak boleh ragu dan tidak boleh terlambat,” tegasnya.
Fitriana optimistis bahwa Sumatera Selatan mampu tampil sebagai role model nasional dalam pelayanan kesehatan ramah anak. Ia mengajak seluruh peserta sosialisasi menjadi agen perubahan yang menggerakkan budaya pelayanan yang peduli, berempati, dan melindungi. “Puskesmas harus menjadi tempat yang nyaman, penuh kasih, dan membahagiakan. Karena anak-anak kita adalah masa depan Sumsel, masa depan Indonesia,” ucapnya penuh semangat.
Gerakan puskesmas ramah anak ini menjadi momentum penting menyatukan tekad seluruh elemen masyarakat dan pemerintah. Dengan semangat kolaborasi, Sumsel bersiap melahirkan generasi sehat, kuat, percaya diri, dan berkarakter selaras dengan visi Sumsel sebagai provinsi ramah perempuan dan layak anak. “Ini bukan sekadar program,” tutup Fitriana. “Ini adalah investasi masa depan bangsa.”(Adv)
