Optimalisasi Data Center: Solusi Efisiensi di Tengah Tantangan Ruang, Energi, dan Anggaran

Foto : ilustrasi

Oleh: Alexey Navolokin, General Manager, Asia Pacific (APAC)

DI TENGAH lonjakan adopsi cloud dan AI, permintaan terhadap kapasitas data center meningkat pesat. Namun, pertumbuhan ini juga membawa tantangan serius, mulai dari keterbatasan ruang, anggaran, hingga isu keberlanjutan. Solusi yang semakin disoroti adalah optimalisasi infrastruktur yang sudah ada agar performa maksimal tetap bisa dicapai tanpa menambah beban sumber daya.

Tantangan dan Peluang

Kebutuhan akan komputasi terus meningkat seiring dunia yang semakin terdigitalisasi. Namun, banyak pemimpin TI menghadapi tekanan untuk mengimbangi permintaan tersebut sambil tetap menjaga komitmen terhadap efisiensi energi dan keterbatasan ruang fisik.

Banyak yang berusaha membangun data center baru, namun pendekatan ini mahal dan memakan waktu. Optimalisasi terhadap fasilitas yang sudah ada terbukti menjadi jalan yang efektif. Contohnya, superkomputer LUMI di Finlandia yang menggunakan energi hidroelektrik bebas karbon dan mendaur ulang panas buangan untuk memanaskan rumah warga sekitar.

Meningkatkan Infrastruktur yang Ada

Meski membangun pusat data baru tetap diperlukan dalam beberapa kasus, potensi untuk meningkatkan perangkat lama justru menjadi opsi lebih hemat dan efisien. Banyak data center masih menjalankan server berusia lebih dari 10 tahun. Padahal, peningkatan ke sistem modern bisa memangkas konsumsi daya dan jumlah perangkat, tanpa mengorbankan kinerja.

Diproyeksikan, kapasitas TI global akan tumbuh dari 180 GW (2024) menjadi 296 GW (2028), sementara konsumsi listrik melonjak lebih cepat—dari 397 TWh menjadi 915 TWh. Untuk menjawab tantangan ini, memperbarui perangkat keras lama menjadi solusi strategis yang membuka ruang eksperimen AI serta menekan kebutuhan pendinginan dan konsumsi energi.

Apa yang Perlu Dipertimbangkan Saat Upgrade

Upgrade data center bukan sekadar soal membeli chip terbaru. Setiap pusat data memiliki kebutuhan berbeda. Pemilihan chip berkinerja tinggi memang penting, namun arsitektur sistem, fleksibilitas rak fisik, serta interoperabilitas software juga harus diperhatikan.

Kakao Enterprise, penyedia layanan cloud di Korea Selatan, berhasil mengurangi jumlah server hingga 40% dan biaya kepemilikan 50%, dengan peningkatan performa 30%, berkat penggunaan prosesor AMD EPYC generasi terbaru.

Keberhasilan seperti ini menunjukkan pentingnya memilih mitra teknologi yang dapat menyediakan solusi menyeluruh: dari chip, jaringan, software, hingga desain sistem. AMD, misalnya, mencatat peningkatan efisiensi energi hingga 38 kali lipat dalam lima tahun untuk beban kerja AI dan HPC.

Seiring berkembangnya era digital, kebutuhan komputasi akan terus meningkat. Untuk menjawab tantangan ini, optimalisasi data center yang ada menjadi langkah strategis yang tidak hanya hemat biaya dan energi, tetapi juga memungkinkan transformasi bisnis dan teknologi masa depan secara berkelanjutan. (#)