Konflik Tawuran Masih Tetap Terjadi

PALEMBANG – Tragedi tawuran atau perkelahian masal antar kelompok di sejumlah wilayah dalam Kota Palembang yang terjadi beberapa pekan terakhir, menjadi perhatian serius Dinas Pendidikan Provinsi Sumatera Selatan.

Kasi Peserta Didik Diknas Sumsel Anang Purnomo Kurniawan menyebutkan, konflik tawuran masih kerap terjadi masa kini teruma dikalangan anak remaja dalam jenjang Pendidikan menengah keatas, seperti hal SMA dan SMK.

“Jika diperhatikan masalah masa kini adalah pemanfaatan internet yang kurang bijak, seperti halnya media sosial, nah ini menjadi salah satu pemicu semangat belajar menjadi hal-hal negative diluar kepentingan belajar” kata Anang dalam diskusi Pendidikan kanal Youtube Riza Vahlevi Catatan Jurnalis, Jumat (24/02).

Ditambahkan Anang, dalam menumbuhkan kesadaran anak agar tidak terlibat menimbulkan dampak negative terhadap masyarakat dan lingkungan, pemerintah melakukan penguatan karakter yang berpedoman dengan P5.

“Program kerja dinas Pendidikan provinsi Sumatera Selatan, kami menindaklanjuti dari kementrian Pendidikan ristek Republik Indonesia yaitu Program penguatan karakter yang berpedoman dengan Project, Penguatan, Profil, Pelajar dan Pancasila (P5). Agar anak-anak memiliki karater yang kuat dengan memiliki nilai-nilai kearifan lokal baik nilai-nilai budaya yang berasal dari culture masyarakat ditumbuhkembangkan, itu menjadi pedoman karakter building pembangunan sumber daya manusia untuk menciptakan generasi emas yang berdaya saing dengan memiliki karakter yang kuat,” tambah Anang.

“Ada tiga hal yang menjadi perhatian pemerintah yang dapat menimbulkan terjadinya Tawuran antar kelompok, diantaranya terjadi Bullying, Intolenrasi dan Pergaulan bebas dikalangan remaja. Ini merupakan perhatian serius dari tidak hanya pemerintah namun juga orang tua dan masyarakat umum,” imbuh Anang.

Dijelaskan Anang melalui Dinas Pendidikan Provinsi Sumatera Selatan, formulasi diprogramkan agar dapat mencegah dan meminimalisir terjadi tindak tawuran antar kelompok anak muda dapat diminimalisir.

“Dalam kurikulum merdeka belajar dikenal dengan Project Based Learning (PBL) dapat mencegah terjadi tindakan negative anak-anak masa kini. Para siswa akan lebih banyak praktek dari teori mata pelajara. Dengan berkelompok belajar akan menumbukan produktifitas anak didik agar berkolaborasi satu sama lainnya,” jelas Anang.

Prinsip masalah pada ada empat hal yang dapat mengganggu proses belajar dan dalam sikap keseharian.

“Pertama masalah besar harus dikelompokan dan disimpulkan permasalah utama yang harus diselesaikan, kedua, jika kita tidak ada masalah makan jangan cari-cari masalah, ketiga adalah masalah kecil jangan dibesar-besarkan dan keempat jika mendapat masalah hadapi dan diselesaikan,” beber Anang.

Selain itu Anang juga meminta kepada orang tua agar berperan aktif, berkontribusi, hadir bahwa Pendidikan tanggung jawab bersama dan dapat membedakan saat mendidik dan mengajar. Lakukan pendampingan kepada anak serta berperan aktif agar dapat bersinergi dalam membangun kemajuan anak tidak hanya dalam lingkungan sekolah namun juga pada lingkungan keluarga dan lingkungan masyarakat.

a64e9001-72f3-4c2d-93ce-66e0c9bd650f