Sektor Jasa Keuangan Tetap Stabil, OJK: Fondasi Kuat untuk Pertumbuhan Ekonomi Berkelanjutan

JAKARTA , TRIKPOS.com— Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menegaskan stabilitas sektor jasa keuangan (SJK) tetap solid sepanjang 2025. Penegasan ini disampaikan dalam Rapat Dewan Komisioner Bulanan (RDKB) pada 27 November 2025, di tengah dinamika ekonomi global yang menunjukkan tanda-tanda moderasi.

OJK menyebut perekonomian global berada pada fase stabil meski sejumlah kawasan mengalami penurunan momentum, terutama dari sisi perdagangan dan permintaan domestik. Aktivitas manufaktur masih berada di zona ekspansi, sementara kondisi pasar keuangan relatif longgar menyusul kebijakan moneter yang semakin akomodatif. Namun, kehati-hatian masih mewarnai sentimen pasar menuju 2026 akibat tingginya risiko fiskal di berbagai negara.

Di Amerika Serikat, ekonomi bergerak variatif. Setelah penutupan pemerintahan selama 43 hari, pasar tenaga kerja mulai melemah meski klaim pengangguran tetap rendah. Federal Reserve kembali memangkas suku bunga 25 basis poin namun masih memberi sinyal kebijakan ketat di tengah tekanan inflasi.

Di Eropa, indikator permintaan dan penawaran stagnan. Risiko kawasan meningkat akibat gejolak pasar keuangan Inggris dan kekhawatiran keberlanjutan fiskal. Di Perancis, instabilitas politik dan penurunan peringkat utang memperburuk sentimen.

Sementara itu di Tiongkok, konsumsi domestik masih tertahan. Pertumbuhan ekonomi triwulan III-2025 melambat, sejalan dengan penurunan penjualan ritel dan kinerja sektor properti.

Perekonomian Indonesia mencatat pertumbuhan 5,04 persen pada triwulan III-2025 secara tahunan (yoy), dengan PMI manufaktur tetap di zona ekspansi. Meski demikian, permintaan domestik dinilai masih memerlukan dukungan lanjutan karena tertahannya inflasi inti, serta moderasinya konsumsi, ritel, semen, dan penjualan kendaraan.

OJK menilai sektor jasa keuangan tetap tangguh dan menjadi penopang stabilitas ekonomi nasional. IHSG yang sempat tertekan pada triwulan I 2025 mampu pulih dan menembus rekor tertinggi baru, didorong kebijakan responsif OJK dan BEI seperti buyback tanpa RUPS, penyesuaian trading halt, serta asymmetric auto rejection.

Likuiditas pasar semakin membaik pada semester II-2025. Nilai transaksi harian saham mencapai rekor tertinggi Rp23,14 triliun pada November. Jumlah investor baru bertambah 476 ribu pada bulan yang sama, sehingga total investor pasar modal mencapai 19,67 juta atau tumbuh 32,29 persen sepanjang tahun (ytd).

Investor asing mencatat net buy Rp12,20 triliun pada November, meski secara ytd masih membukukan net sell Rp29,58 triliun. Penguatan minat investor global ini menjadi sinyal positif bagi pasar domestik.

Pada pasar obligasi, indeks komposit ICBI naik 11,07 persen ytd. Tekanan jual nonresiden mulai mereda, tercermin dari penurunan net sell pada November.

Penghimpunan dana korporasi di pasar modal melampaui target tahun 2025. Per November, nilai penawaran umum mencapai Rp238,68 triliun. Terdapat 18 emiten baru dengan penghimpunan dana Rp13,30 triliun. Sebanyak 35 perusahaan sedang berada dalam pipeline penawaran umum dengan nilai indikatif Rp32,29 triliun.

Industri pengelolaan investasi juga terus tumbuh. AUM mencapai Rp996,60 triliun, naik 19,02 persen ytd. NAB Reksa Dana meningkat 29,07 persen ytd didorong net subscription investor yang mencapai Rp114,78 triliun.

Pada Securities Crowdfunding (SCF), terdapat 26 efek baru dengan dana Rp38,03 miliar pada November. Secara kumulatif, 951 efek telah diterbitkan oleh 573 penerbit, dengan total dana Rp1,77 triliun dan 190.505 pemodal.

OJK menegaskan komitmennya menjaga stabilitas SJK melalui penguatan tata kelola, pendalaman pasar keuangan, serta perluasan akses pembiayaan nasional. Kebijakan diarahkan agar sektor jasa keuangan dapat mendukung program prioritas pemerintah sekaligus menjaga ketahanan ekonomi jangka panjang. (#)