DAUN Kambing Berok dalam bahasa Sunda Daun bondotan (Ageratum conyzoides), yang juga dikenal dengan nama wedusan atau babadotan, adalah tanaman liar yang sering digunakan dalam pengobatan tradisional. Berikut beberapa manfaat daun bondotan:
1. Mengatasi peradangan: Daun bondotan memiliki sifat antiinflamasi yang membantu meredakan peradangan, seperti pembengkakan atau nyeri akibat luka.
2. Menghentikan pendarahan: Dalam pengobatan tradisional, daun bondotan sering digunakan untuk menghentikan pendarahan ringan pada luka. Caranya dengan menumbuk daun bondotan dan menempelkan hasil tumbukan pada area luka.
3. Meringankan nyeri: Tanaman ini memiliki sifat analgesik alami yang dipercaya dapat membantu mengurangi nyeri, seperti sakit kepala atau nyeri sendi
4. Mengatasi gangguan pencernaan: Daun bondotan sering digunakan untuk mengatasi gangguan pencernaan seperti diare, mulas, atau perut kembung, demam, batuk, malaria, masuk angin, lambung, maag
5. Mengobati penyakit kulit: Sifat antimikroba dan antioksidan daun bondotan dapat membantu mengatasi infeksi atau iritasi kulit, seperti ruam atau eksim.
6. Melawan infeksi: Kandungan antibakteri dan antijamur pada daun bondotan dapat membantu melawan beberapa jenis infeksi ringan, termasuk infeksi kulit atau infeksi saluran pencernaan.
Penggunaan daun bondotan sebaiknya tetap diawasi dan tidak berlebihan karena beberapa senyawa dalam tanaman ini dapat menjadi toksik jika digunakan dalam dosis besar atau dalam waktu yang lama.
Berdasarkan hasil dan temuan penelitian yang telah dilaksanakan, adapun jenis-jenis penyakit yang bisa disembuhkan daun bandotan. Cara meracik/mengolah daun bandotan sebagai obat tradisional dengan cara dibakar, direbus, dan ditumbuk ataupun di blender.
Dari hasil penelitian tersebut peneliti menyimpulkan bahwa pemanfaatan daun bandotan sebagai obat tradisional di Desa Bawoza’ua sudah menjadi tradisi leluhur dan merupakan warisan turun temurun, hal tersebut karena daun bandotan yang digunakan memiliki khasiat dalam menyembuhkan dan mencegah penyakit.
Adapun saran yang ditawarkan peneliti kepada masyarakat Desa Bawoza’ua untuk terus memanfaatkan daun bandotan sebagai obat, dan membudidayakannya agar tidak punah. (#)