PALEMBANG, TRIKPOS.com —
Gelombang kasus perundungan di lingkungan sekolah kembali mengguncang dunia pendidikan. Video demi video kekerasan antar pelajar dan murid melawan guru berseliweran di media sosial, menampar wajah lembaga pendidikan yang semestinya menjadi tempat menanamkan nilai, bukan menumbuhkan trauma.
Ketua Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Kota Palembang, Ahmad Zulinto, dengan nada tegas menyerukan agar sekolah tidak hanya sibuk mengejar angka rapor, tetapi juga menajamkan mata dan telinga terhadap perilaku sosial para siswanya.
“Jangan sampai guru hanya jadi pengajar, tapi buta terhadap kondisi emosional muridnya. Pengawasan harus diperketat mulai dari guru BK, wali kelas, hingga kepala sekolah. Kita tidak bisa terus menunggu masalah terjadi baru bertindak,” tegas Zulinto.
Ia menyoroti betapa mudahnya kasus perundungan kini mencuat ke publik, seakan menjadi potret kegagalan sistem pengawasan di sekolah. Di satu sisi, guru dituntut mendidik, tapi di sisi lain, sering kali dibiarkan sendirian menghadapi kompleksitas perilaku siswa tanpa dukungan sistem yang kuat.
BACA : PGRI Palembang Centil Sekolah, Jangan Tutup MataPerundungan Depan Mata!
Zulinto menegaskan, sekolah harus kembali ke marwahnya: mencetak manusia yang beradab. Ia mengingatkan bahwa keamanan dan kenyamanan siswa bukan sekadar slogan di dinding sekolah, tapi tanggung jawab moral seluruh civitas pendidikan.
“Lingkungan belajar yang aman adalah hak setiap anak. Kalau sekolah gagal menjamin itu, berarti ada yang salah dalam sistem kita,” ujarnya tajam.
Seruan PGRI ini menjadi tamparan keras bagi sekolah-sekolah yang masih abai terhadap isu perundungan. Di tengah gempuran era digital, ketika satu video kekerasan bisa viral dalam hitungan menit, dunia pendidikan dituntut untuk tidak hanya bereaksi tetapi bergerak cepat, tegas, dan berani menegakkan disiplin serta empati di ruang kelas.
Karena, jika sekolah tak lagi mampu menjadi tempat aman bagi siswanya, maka siapa lagi yang bisa diandalkan untuk mendidik generasi masa depan,”pungkasnya. (HS)