PALEMBANG, TRIKPOS.com– Sumatera Selatan (Sumsel) menghadapi tantangan serius dalam menjaga kestabilan harga pangan jelang akhir tahun. Sebagai daerah agraris, Sumsel dinilai rawan guncangan harga akibat cuaca ekstrem dan gangguan distribusi. Hal ini mengemuka dalam Rapat Koordinasi Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) se-Sumsel dan kegiatan Capacity Building yang dibuka Sekretaris Daerah Sumsel, Drs. H. Edward Candra, M.H., di Palembang, Selasa (8/7/2025).
Pertemuan yang digelar di Hotel Novotel Palembang ini mempertemukan seluruh TPID dari 17 kabupaten/kota guna menyatukan langkah dalam mengantisipasi potensi tekanan inflasi, khususnya menjelang akhir tahun.
“Inflasi Sumsel pada Juni 2025 mencapai 2,44% secara year-on-year, memang masih dalam batas aman nasional. Namun, ini tertinggi di Pulau Sumatera dan kedelapan secara nasional. Ini peringatan bagi kita semua,” ujar Edward dalam sambutannya.
Ia menegaskan pentingnya peran aktif pemerintah daerah dalam menjaga stabilitas harga di pasar, terutama terhadap komoditas pangan strategis seperti beras, ayam ras, dan minyak goreng beberapa di antaranya tercatat sebagai penyumbang utama inflasi di Sumsel.
Menurut data BPS yang dipaparkan dalam acara, inflasi Sumsel dipengaruhi oleh naiknya harga emas perhiasan, bahan bakar rumah tangga, tomat, dan cabai rawit. Sementara itu, month-to-month, inflasi tercatat 0,08% dengan tren peningkatan menjelang akhir semester pertama.
Dalam forum tersebut, Kepala Stasiun Klimatologi Sumsel, Wan Dayantolis, juga mengingatkan soal potensi cuaca ekstrem yang dapat mengganggu rantai pasok pangan. Hal ini dinilai sebagai ancaman serius mengingat ketergantungan Sumsel terhadap sektor pertanian.
“Kondisi iklim sangat menentukan. Bila tidak diantisipasi, cuaca ekstrem bisa berdampak langsung terhadap panen dan distribusi bahan pangan,” ungkapnya.
Dari sisi kebijakan, perwakilan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian menekankan perlunya harmonisasi program nasional dan daerah dalam mengatasi persoalan inflasi yang sifatnya dinamis dan multidimensi.
Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia Sumsel, Duddy Adiya, turut menggarisbawahi bahwa meskipun pertumbuhan ekonomi Sumsel cukup baik dan di atas rata-rata nasional, risiko inflasi tetap tinggi jika tidak disertai koordinasi antarlembaga.
“Kita perlu kolaborasi lebih kuat untuk menjaga daya beli masyarakat. Sumsel punya potensi besar, tapi juga tantangan yang tak ringan,” tegasnya.
Rapat ini dirancang sebagai forum evaluasi kinerja TPID daerah sekaligus ruang berbagi solusi antarwilayah. Sekda berharap pertemuan ini menghasilkan strategi konkret dan responsif.
“Setelah sesi narasumber, kita akan langsung identifikasi masalah dan solusi di tiap kabupaten/kota. Harapan kami, TPID daerah lebih gesit menyikapi kondisi lapangan,” pungkas Edward. (#)