PALEMBANG, TRIKPOS.com — Sungai Musi kembali bersolek. Menjelang peringatan Hari Ulang Tahun ke-80 Kemerdekaan Republik Indonesia, geliat semangat nasionalisme mulai terasa di sepanjang aliran sungai yang menjadi nadi kehidupan Kota Palembang. Namun bukan hanya semangat yang mengalir di sana rezeki pun turut menghampiri, terutama bagi para perajin kapal hias yang kini mulai kebanjiran pesanan.
Di bawah terik matahari dan semilir angin khas tepian sungai, Mardian atau yang akrab disapa Dian, seorang perajin kapal hias di kawasan Benteng Kuto Besak, tampak sibuk memantau proses dekorasi sebuah perahu besar. Tangannya sigap memberi arahan, sementara para pekerjanya sibuk memasang ornamen warna-warni di badan kapal.
“Alhamdulillah, sejak awal Juli sudah ada beberapa pesanan dari masyarakat maupun instansi pemerintahan. Mereka minta dihias perahunya untuk ikut pawai kemerdekaan di Sungai Musi,” ujar Dian saat ditemui, Senin (4/8/2025).
Bagi Dian, menghias perahu bukan sekadar pekerjaan musiman, tetapi bagian dari tradisi yang telah ia tekuni bertahun-tahun. Setiap bulan Agustus, kesibukannya meningkat drastis. Pesanan datang dari berbagai penjuru — mulai dari kelompok masyarakat, komunitas seni, hingga institusi pemerintah dan swasta.
“Kalau permintaan banyak, otomatis kita juga buka lapangan kerja tambahan. Warga sekitar bantaran Sungai Musi banyak yang terbantu. Ada yang bagian pengecatan, ada yang buat ornamen, ada juga yang bagian finishing,” jelas Ketua Umum Ormas D’Joss itu.
Setiap perahu yang dipesan tak sekadar dihias sembarangan. Ada filosofi dan sentuhan budaya lokal yang ingin diangkat. Ornamen khas Palembang seperti rumah limas, wayang, patung pahlawan, hingga miniatur bangunan ikonik menjadi pilihan favorit pemesan.
“Kami pakai bahan-bahan ringan dan tidak berbahaya. Semua tergantung pesanan. Ada yang minta nuansa tradisional, ada juga yang ingin tema modern atau kemerdekaan,” katanya.
Tak hanya bentuk dan warna yang diperhatikan, nilai-nilai simbolik juga menjadi sorotan. Setiap perahu seperti menjadi panggung mini yang menyampaikan pesan: tentang cinta tanah air, kebanggaan daerah, dan semangat gotong royong.
Meski membutuhkan ketelitian tinggi, usaha menghias perahu terbukti mendatangkan penghasilan yang cukup menjanjikan. Dian menyebut, harga jasa dekorasi satu perahu bervariasi, mulai dari Rp20 juta hingga Rp45 juta, tergantung ukuran dan tingkat kerumitan desain.
“Biasanya kita ajak diskusi dulu sama pemesan, mereka maunya seperti apa, dan kita sesuaikan dengan anggaran mereka juga,” ujar Dian sambil tersenyum.
Di balik hiruk-pikuk dan cat semprot warna-warni, Dian menyimpan harapan besar: agar tradisi pawai perahu hias di Sungai Musi bisa terus lestari dan menjadi ikon budaya tahunan di Palembang.
“Ini bukan cuma soal kemerdekaan, tapi juga tentang merawat jati diri bangsa lewat seni dan budaya. Semoga makin banyak generasi muda yang ikut melestarikannya,” pungkasnya. (WAN)
